Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga

Selamat siang sobat pembaca ! Pada kesempatan yang baik ini mimin akan mengulas Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga. Pastinya kita berpikir bahwa bahan kimia adalah zat berbahaya. Bahan kimia tidak selalu berupa yang negatif lo teman. Bahan kimia pasti mempunyai bahayanya masing-masing. Akan tetapi, jika kita mengenal dan mengetahui penggunaannya, maka efek-efek negatif dan bahaya dari bahan kimia dapat diantisipasi. Yuk langsung saja mari kita ketahui apa saja bahan kimia yang ada dalam rumah tangga.

Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga

Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga

Berdasarkan fungsinya, bahan kimia dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu pembersih pemutih, pewangi, dan pembasmi hama.

Bahan Kimia Pembersih

Contoh bahan kimia pembersih adalah sabun, detergen, sampo, dan pembersih lantai. Bahan kimia yang digunakan dalam menyusun bahan pembersih dikategorikan atas bahan utama (bahan aktif) yang memiliki fungsi sebagai surfaktan, dan bahan tambahan (bahan aditif) yang berguna untuk penguat (builder), pelembut pada pakaian, pewarnaan, pemberi aroma (pewangi), pengawet, pengental, dan medium (pelarut).

Adanya surfaktan membuat lemak dan kotoran yang tidak dapat dicampur dengan air dapat bercampur dengan air, sehingga lemak dan kotoran yang menempel pada lantai atau permukaan lain dapat dihilangkan atau dibersihkan.
Larutan pembersih tidak membuih dalam air sadah. Air sadah adalah air yang mengandung garam kalsium karbonat (CaCO3) atau garam magnesium karbonat (MgCO3). Perhatikan tabel macam-macam surfaktan pada pembersih berikut.

Surfaktan merupakan singkatan dari surface active agent, yang berarti suatu zat yang dapat menurunkan tegangan suatu permukaan cairan.

Sabun dibuat dengan mereaksikan lemak atau minyak, baik lemak hewani maupun lemak nabati, dengan suatu basa (KOH atau NaOH). Reaksi ini dikenal dengan reaksi saponofikasi atau reaksi penyabunan.

Lemak + basa – sabun + gliserol

Ada 2 macam sabun yang telah dikenal, yaitu sabunlunak dan sabun keras. Sabun lunak merupakan suatu sabun yang basanya berasal dari kaliumhidroksida (KOH), sedangkan sabun keras merupakan sabun yang basanya natrium hidroksida (NaOH). Oleh karena sabun terbuta dari basa, maka sabun bersifat basa. Jika air sabun terminum, maka akan terasa pahit. Sabun juga mampu mengubah warna kertas lakmus merah menjadi warna biru.

Sabun telah lama ditemukan, jauh sebelum detergen ditemukan. Detergen terbuat dari bahan LAS atau ABS yang direaksikan dengan basa, yakni natrium hiroksida. LAS (Lauril Alkil Sulfonat) dan Abs (Alkil Benzena Sulfonat) merupakan produk berdasarkan minyak bumi.

LAS lebih mudah diuraikan oleh mikroorganisme daripada ABS, sehingga detergen-detergen yang terbuat dari LAS lebih aman dilingkungan jika dibandingkan dengan detergen yang dibuat dari ABS.
Detergen dapat menghasilkan busa karena bahan yang digunakan dalam proses pembuatan detergen memang menghasilkan busa. Bahan yang dapat menghasilkan busa tersebut adalah surfaktan-surfaktan yang ada pada detergen.

Surfaktan-surfaktan yang biasa digunakan adalah Sodium Lauril Sulfat (SLS) atau Sodium Lauril Eter Sufat (SLES), atau dapat juga digunakan Sodium Dodesil Sulfat (SDS), atau Amonium Lauril Sulfat (ALS). Zat tersebut dapat mengangkat kelembapan dari lapisan atas kuli. Namun, ada juga surfaktan yang tetap meninggalkan kelembapan dari lapisan atas kulit, karena telah ditambah gliserin, sehingga tetap licin meskipun telah dibulas berulang-ulang.

Sabun dan detergen bekerja dengan cara menurunkan tegangan permukaan, sehingga air mudah membahasi permukaan benda, kemudian menarik kotoran yang menempel pada permukaan tersebut. Kotoran akan terangkat dari benda dan terbawa oleh aor.

Struktur molekul detergen dan sabun sama-sama mempunyai gugus-gugus yang bersifat hidrofil dan hidrodob. Gugus hidrofil memiliki fungsi menarik air, sedangkan gugus hidrodob berguna mengikat kotoran yang melekat pada benda yang dicuci.

Bahan Kimia Pemutih

Pemutih digunakan sebagai memutihkan pakaian yang terkena noda yang sulit dibersihkan dengan pembersih biasa, selain itu pemutih baju, juga terdapat produk pemutih dapat digunakan untuk memutihkan gigi, kulit, dan tubuh.

Zat aktif yang terdapat pada pemutih pakaian (bleaching agent) adalah natrium hipoklorit (NaCIO). Zat ini bisa berbahaya jika bereaksi dengan detergen karena menghasilkan gas klorin (CI2) yang beracun. Oleh sebab itu, jangan mencampurkan detergen dan pemutih secara bersamaan.

Kebanyakan pemutih dipasaran mengandung 5,25% massa/volum natrium hipoklorit (NaCIO) yang dikenal sbagai larutan klorox. Selain NaCIO, dalam pemutih juga terdapat kapur klor (CaOCI2).

Bahan Kimia Pewangi

Bahan kimia pewangi ada banyak ragamnya, misalnya parfum. Bahan pewangi dapat diperoleh secara alami misalnya diekstrak dari alam, seperti aroma mawar, melati, apel, dan lain-lain. Adapun secara buatan yakni berasal dari bahan sintetis. Bahan yang diperoleh secara sintesis ini memiliki aroma mirip dengan bahan alami serta harga yang lebih murah. Contohnya adalah indol, etil miristat, dan anisaldehida.

Proses pengambilan komponen esensial dalam parfum salah satunya adalah dengan metode enfluorase. Proses ini dilakukan dengan menangkap bahan parfum yang bersifat votail (gas yang mudah menguap) kedalam suatu lemak padat. Cara ini dilakukan guna mengahsilkan aroma tertentu yang yang sulit dilarutkan atau ditangkap oleh pelarut cair biasa.

Saat ini metode ini sudah jarang digunakan karena mahal. Namun, untuk parfum-parfum tertentu yang menginginkan kemurnian dan efek tertentu masih menggunakan metode jenis ini.

Pengharum pada umumnya berwujud cair dan dikemas dalam botol semprot. Guna membantu mengeluarkan parfum dari dalam botol diperlukan suatu zat pendorong. Bahan yang biasa digunakan adalah gas freon dengan nama kimia klorofluorokarbon (CFC).

Dengan adanya zat pendorong tersebut, pengharum keluar dari dalam botol dalam bentuk aerosol atau zat cair yang terdispersi dalam udara. Selain berbentuk aerosol, ada juga pengharum yang berbentuk padat, misalnya bedak.
Selain itu, klorofluorokarbon (CFC) juga digunakan sebagai cairan pendingin (refrigerant). Saat ini gas freon dikurangi penggunaannya karena dapat merusak lapisan ozon diatmosfer.

Baca Juga : Pengertian Quality Control Menurut Para Ahli

Pembasmi Hama (Pestisida)

Pestisida adaalh bahan atau zat kimia yang digunakan untuk membunuh hama, baik berupa tumbuhan, serangga, maupun hewan yang berada disekitar. Berikut merupakan jenis-jenis pestisida.
Insektisida

Insektisida adalah jenis pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga, seperti nyamuk, kecoa, kutu, belalang, rayap, semut, wereng, dan lain-lain. Contoh insektisida antara lain adalah diazinon, tiodan, basmion, basudin, propoksur, diklorovinil dimetil fosfat, timbel arsenat, dan magnesium fluorosilikat.

Herbisida

Herbisida adalah jenis pestisida guna mencegah dan mematikan gulma atau tumbuhan pengganggu, seperti eceng gondok, rumput teki, dan alang-alang. Alang-alang digolongkan sebagai tanaman pengganggu karena alang-alang merebut makanan dari tanaman yang dalam tanah. Contoh herbisida antara lain adalah gramaxone, totacol, pentakloro, fenol, dan amonium sulfonat.

Nematisida

Nematisida adalah salah satu jenis pestisida yang digunakan untuk memberantas hama cacing. Hama cacing sering merusak akar atau umbi tanaman. Contoh nematisida adalah oksamil, dan natrium metam.

Fungisida

Fungisida adalah jenis pestisida yang digunakan untuk memberantas jamur (fungi). Contoh fungisida adalah timbel (I) oksida, carbendazim, tembaga oksiklorida, dan natrium dikromat.

Rodentisida

Rodentisida adalah pestisida untuk memberantas binatang pengerat, misalnya tikus. Contoh rodentisida adalah warangan (senyawa arsen) dan thalium sulfat.

Bahan kimia yan terkandung didalam pestisida dapat digolongkan menjadi berikut.

Golongan Organoklor

Golongan organoklor adalah senyawa organik yang mengandung klorrin dan biasanya bersifat racun. Contohnya adalah DDT (Dikloro Difenil Trikloroetana), aldrin, dieldrin, endosulfan, dikofol, folpet, lindan, dan klordan.

Golongan Organofosfat

Golongan organofosfat adalah senyawa organik yang mengandung gugus fosfat. Senyawa ini lebih beracun, tetapi lebih mudah terdegradasi dan lebih cepat hilang keaktifannya. Contohnya adalah malation, diazinon, fention, metil paration, dan etil paration.

Golongan Karbanat

Golongan karbanat adalah senyawa organik yang merupakan turunan asam ditiokarbomin yang disebut dengan ditiokarbamat. Contohnya adalah karbaril, karbotorum, propoksur, dan BPMC.

Apabila pestisida digunakan secara berlebihan maka akan menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran lingkungan. Pencemaran air oleh pestisida terjadi melalui aliran air tempat berlangsungnya penggunaan pestisida, misalnya pada sawah. Kadar pestisida yang tinggi terbawa oleh aliran air kemudian menyebar ke perairan sawah yang dapat membunuh mikroorgganisme air, seperti plankton-plankton. Organisme air kemudian dimakan oleh ikan-ikan, kemudian ikan-ikan yang telah keracunan pestisida tersebut ditangkap oleh manusia dan dimasak untuk dimakan.

Akibatnya manusia tersebut juga ikut memakan pestisida dan keracunan. Jika hal tersebut berlangsung dalam jangka waktu lama, pestisida akan terakumulasi dalam tubuh manusia dan berbahaya bagi kesehatan.
Penggunaan pestisida berlebihan pada tanah dapat mengakibatkan terbunuhnya makhluk-makhluk keci dalam tanah, seperti cacing, jamur, bakteri, dan organisme penyubur tanah lainnya. Hal tersebut mengakibatkan tanah menjadi tandus.

Hal ini disebabkan karena DDT sukar mangalami degradasu atau sulit diuraikan oleh mikroorganisme, bersifat stabil, mudah larut dalam lemak atau minyak sehingga mudah diadsorbsi oleh organisme yang berlemak dan menyebabkan kematian pada binatang yang memangsanya. DDT juga mampu mengakibatkan kekebalan pada hewan yang akan dibasmi jika dipakai dalam jangka waktu yang lama.

Upaya yang dapat mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida adalah dengan menggunakan pestisida yang terbuat dari bahan alami yang berasal dari tumbuhan (biopestisida) yang mudah terurai (biogenerable), hal ini relatif lebih aman jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida berlebih.

Namun, apabila tidak ada cara lain yang dapat memberantas hama selain dengan menggunakan pestisida , berbagai pihak khususnya lembaga terkait Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) harus dapat memilih pestisida yang mempunyai resiko paling kecil pencemarannya terhadap lingkungan dan makhluk hidup.

Baca Juga : Sistem Pernapasan Pada Manusia, Organ-Organ, dan Gangguan Pernapasan Pada Manusia !

Demikian informasi yang dapat mimin sampaikan. Semoga artikel tadi bermanfaat. Ikuti kami teru di Sumberpengertian.co ya.. 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *